Sebuah
pesawat patroli Jepang nyaris celaka ketika ditabrak sebuah burung
albatros. Burung tersebut menghancurkan moncong pesawat Bombardier
DHC8-315 selebar satu meter, saat terbang setinggi 300 meter di atas
Laut Cina Timur, Rabu sore (18/1).
Hebatnya, pilot tidak merasa perlu melakukan pendaratan darurat, meskipun burung mati tersebut mati dan terjebak di dalam lubang moncong pesawat. Penerbangan dilanjutkan selama satu jam perjalanan lagi tujuan ke Ishigaki, Prefektur Okinawa. Tak satu pun dari sembilan awak pesawat, dalam penerbangan tiga jam dari Naha itu terluka.
Untuk diketahui, burung albatros memiliki sayap dengan panjang hingga 3 meter, dengan berat badan sekitar 10 kilogram. Tapi, Albatros tidak bisa langsung terbang seperti burung kakaktua, tapi harus melebarkan sayap dan meluncur di udara dengan memanfaatkan angin.
Persis seperti pesawat terbang. Burung
yang menghabiskan 92 persen masa hidupnya di laut ini pun memerlukan
tenaga yang besar agar bisa terbang.
Kementerian transportasi Jepang kini
telah melakukan investigasi terkait insiden tersebut. Bahkan, tengah
disiapkan peralatan radar di Bandara Haneda Tokyo pada April mendatang
untuk membantu melacak kawanan burung albatros sehingga bisa memandu
pilot pesawat untuk ke luar dari kerumunan burung tersebut.Penempatan radar itu menjadi proyek pertama untuk menghadapi serangan burung-burung tersebut di bandara di daerah yang sedang berkembang itu. Meskipun sehari-hari staf pendaratan sering membubarkan burung ketika mereka terlihat dekat jalur penerbangan atau runway.
Tahun lalu, penumpang pesawat JetBlue dari JFK ke Aruba harus kembali ke bandara setelah burung besar, diyakini menjadi seekor kalkun, disedot ke dalam mesin Airbus A320.
“Tiba-tiba pesawat berbau seperti ayam.
Saya pikir, Wow mereka memiliki makanan panas di pesawat ini,” kata Gina
Vicinanza, penumpang, 50 kepada The New York Post. (dailymail)
No comments:
Post a Comment