1.511 Siswa tidak Lulus UN SMP
Tak mau kalah ketimbang peserta Ujian Nasional (UN) 2012 tingkat SMA sederajat, persentase kelulusan peserta UN 2012 tingkat SMP sederajat juga menunjukkan hasil lebih baik. Kalau persentase kelulusan UN 2012 tingkat SMA 99,21 persen, sedangkan UN 2012 tingkat SMP mencapai 98, 20 persen. Kendati Sumbar tetap tak masuk peringkat lima besar, namun persentase kelulusan ini lebih baik ketimbang tahun lalu, yakni 98,15 persen.
Tak mau kalah ketimbang peserta Ujian Nasional (UN) 2012 tingkat SMA sederajat, persentase kelulusan peserta UN 2012 tingkat SMP sederajat juga menunjukkan hasil lebih baik. Kalau persentase kelulusan UN 2012 tingkat SMA 99,21 persen, sedangkan UN 2012 tingkat SMP mencapai 98, 20 persen. Kendati Sumbar tetap tak masuk peringkat lima besar, namun persentase kelulusan ini lebih baik ketimbang tahun lalu, yakni 98,15 persen.
Demikian diungkapkan Kepala Bidang Pendidikan Dasar Dinas Pendidikan Sumbar, Bustavidia kemarin (1/6). Dari hasil itu, tercatat 1.511 siswa dari 64.981 total peserta UN secara nasional dinyatakan tidak lulus. Rinciannya; 1.220 siswa SMP, 283 siswa MTs, dan 8 siswa SMP terbuka.
Sedangkan tahun lalu, menurut Bustavidia, tercatat 1.525 siswa tidak lulus UN 2011. Peserta UN SMP paling banyak tidak lulus yakni 1.220 orang, disusul MTs 283 orang, dan SMP Terbuka 8 orang.Ditanya rincian sekolah mana saja paling banyak tidak lulus, Bustavidia enggan membeberkannya. “Maaf saya belum bisa memberikan informasi secara rinci soal itu. Karena pengumuman tingkat kelulusan untuk SMP, MTs dan SMP Terbuka baru diumumkan besok sore (sore ini, red). Saya hanya bisa berikan sedikit gambaran awal saja. Persentase kota dan kabupaten yang jumlah siswa tak lulusnya cukup sedikit ada lima daerah,” sebutnya.
Lima daerah persentase siswa SMP tak lulus paling kecil berdasarkan nilai akhir, sebut Bustavidia, yakni Pesisir Selatan 5 orang, Padang 21 orang, Padangpariaman 6 orang, Bukittinggi 1 orang, dan Pariaman 1 orang. Prestasi Pessel pada UN SMP ini, sekaligus memperbaiki predikat hasil UN SMA Pessel yang terburuk di Sumbar.
Untuk lima daerah persentase siswa MTs tak lulus paling sedikit yakni Pariaman nihil, Pesisir Selatan 2 orang, Padangpariaman 1 orang, Bukittinggi 1 orang, dan Padang 6 orang.
Jakarta Gusur Jatim
Di sisi lain, Jawa Timur (Jatim) boleh bangga ketika persentase kelulusan UN SMA/sederajat menduduki ranking tertinggi se-Indonesia. Tapi untuk jenjang SMP/sederajat, prestasi Jatim melorot. Provinsi dipimpin Soekarwo itu menduduki peringkat delapan. Posisi pertama disabet DKI Jakarta.
Hasil umum UN SMP/sederajat ini dipaparkan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Mohammad Nuh, di Jakarta kemarin (1/5). Secara keseluruhan, UN SMP/sederajat musim 2012 diikuti 3.697.865 siswa. Dari jumlah tersebut, siswa dinyatakan lulus 3.681.920 anak. Dengan demikian, hanya ada 15.945 siswa (0,43 %) tidak lulus UN. Bagi siswa tidak lulus ini, bisa mengulang setahun lagi. Atau juga bisa mengikuti ujian wajib belajar Paket B.
Dalam paparan Nuh kemarin, terungkap jika DKI Jakarta menjadi provinsi paling bagus. Tingkat persentase ketidaklulusan DKI Jakarta 0,00 persen. Dari total peserta UN di DKI Jakarta mencapai 132.328 siswa, hanya ada satu siswa tidak lulus. “Itu kenapa persentasenya 0,00? Karena tidak kelihatan lagi soalnya, hanya satu siswa yang tidak lulus,” tutur menteri asal Surabaya.
Di bagian lain, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) masih setia menduduki posisi juru kunci. Pada pengumuman UN SMA/sederajat, provinsi NTT menjadi provinsi paling tinggi persentase ketidaklulusannya, yaitu 5,50 persen.
Ketika hasil UN SMP/sederajat diumumkan, NTT tetap menjadi juru kunci. Persentase ketidaklulusan di NTT mencapai 2,45 persen. Dari total peserta UN di NTT yang mencapai 77.940 siswa, ada 1.906 siswa tidak lulus. Intervensi perbaikan kualitas pendidikan siap digerojokkan ke NTT.
Terkait dengan posisi NTT yang masih menjadi juru kunci, Nuh menuturkan, tidak masalah jika NTT masih menjadi juru kunci. Sebab, provinsi lain juga berlari menjauhi posisi juru kunci. “Bedanya yang lain berlarinya kencang, yang NTT berlarinya kurang kencang. Itulah perlunya intervensi,” katanya.
Pada paparannya, Nuh mengatakan ada pola yang sama antara UN SMP/sederajat dengan UN SMA/sederajat. Yaitu sebaran nilai UN yang lebih luas ketimbang nilai ujian akhir sekolah (UAS). Nilai UN yang diperoleh siswa tersebar mulai dari 5 sampai 10. Sementara nilai UAS rata-rata ada di nilai 7, 8, dan 9.
”Inilah gunanya UN. Bisa memetakan dan memilih lebih detail nilai siswa,” ujar menteri asal Surabaya itu. Terkait dengan nilai UN yang menyebar mulai dari 5 hingga 10, Nuh mempertanyakan kebenaran isu kebocoran soal UN. Jika kebocoran ini benar-benar terjadi, nilai UN siswa berkisar di angka 8, 9, bahkan 10.
Sementara itu, terdapat pergeseran pola mata pelajaran tersulit antara UN SMA/sederajat dengan UN SMP/sederajat. Jika UN SMA/sederajat, pelajaran bahasa Indonesia yang menjadi momok. Selanjutnya disusul Matematika. Sementara UN SMP/sederajat adalah, pelajaran matematika menjadi momok. Pelajaran berhitung ini membuat 1.330 siswa tidak lulus ujian, karena mendapat nilai kurang dari 4. Selanjutnya disusul bahasa Inggris (840), IPA (666), dan bahasa Indonesia (343). Seperti diketahui, salah satu syarat kelulusan UN adalah, tidak boleh mendapatkan nilai kurang dari 4.
Nuh berjanji akan terus mengevaluasi hasil UN dari analisa per mata pelajaran itu. Evaluasi ini akan mengetahui, apakah soal yang diujikan terlalu sulit atau proses pembelaran yang kurang optimal sehingga siswa tidak bisa memecahkan soal tersebut.
Untuk selanjutnya, Kemendikbud segera memetakan standarisasi UN tahun depan. Pemetaan ini di antaranya dijalankan Badan Standarisasi Nasional Pendidikan (BSNP). Pihak BSNP masih menunggu pelaksanaan UN tingkat SD/sederajat baru menjalankan evaluasi. Evaluasi dilakukan di antaranya, menyangkut derajat atau skor minimal kelulusan dan tingkat kesulitan soal ujian. (ayu/jpnn)
sumber: Padang Ekspres
No comments:
Post a Comment