Sunday, January 22, 2012

Warga Pesisir Selatan Tewas Ditembak di Papua


(*)

Kisma Rafiq, 27, warga Puluik-Puluik, Bayang Utara, Pessel yang tengah menunggui warungnya ditembak orang tak dikenal, Jumat (20/1) di Kampung Ura Pate, Mulia, Papua, pukul 19.25 WIT. Kepolisian masih belum mengetahui motif penembakan tersebut. Saat ini, polisi masih melakukan pengejaran terhadap pelaku yang diduga dari Organisasi Papua Merdeka (OPM) tersebut.

Kapolres Puncak Jaya, AKBP Alex Korwa mengatakan pedagang berusia 31 tahun itu meninggal akibat luka tembak di kepala bagian belakang tembus leher. “Dia tertembak saat tengah sendirian di warungnya. Tak ada saksi mata melihat insiden itu,” kata Korwa seperti dikutip AFP. “Warga mendengar tembakan dan melaporkannya ke polisi,” tambahnya.

Polisi, sambung Korwa, masih melakukan penyelidikan kasus penembakan tersebut. “Tetapi OPM mungkin berada di belakang kasus ini,” ungkapnya. OPM yang memperjuangkan kemerdekaan Papua dari Indonesia kerap dituding menjadi dalang aksi-aksi kekerasan di provinsi paling timur Indonesia itu.
Desember lalu di Puncak Jaya, sebuah kelompok bersenjata tak dikenal menewaskan dua orang polisi.
Oktober tahun lalu, Polda Metro Jaya mengirim pasukan tambahan ke Papua setelah seorang polisi tewas dalam sebuah penyergapan.

Aksi-aksi bersenjata dari organisasi yang diduga OPM terus terjadi di Papua, meski pemerintah menjatuhkan hukuman berat bagi mereka yang terlibat gerakan memerdekakan Papua.

Warga Papua sejauh ini menolak status otonomi khusus yang ditawarkan pemerintah Indonesia. Sejumlah aktivis kemerdekaan bersikukuh menuntut referendum untuk provinsi berpenduduk 3,6 juta jiwa itu. Dari informasi yang berhasil dihimpun, warga di sekitar lokasi saat itu sedang berada di rumah, kemudian dikagetkan dengan suara tembakan sebanyak tiga kali. Orang tak dikenal menyerang kios atau warung yang juga menjadi tempat tinggal Rafiq.

Warga kemudian ke luar rumah untuk mengecek sumber suara tembakan. Namun, yang ditemukan adalah sesosok mayat yang tergetak dengan luka tembakan di kepala belakang tembus leher depan. Akibatnya, warga pun ketakutan dan hingga Sabtu (21/1) siang, memilih tidak beraktivitas.

Wakapolda Papua, Brigjen Pol Paulus Waterpauw mengatakan, Rafiq ditembak di kepala bagian belakang tembus leher. Namun, dia mengaku pihaknya  belum mengetahui secara pasti motif dan kronologi dari aksi penembakan tersebut.

“Warga hanya mendengar suara tembakan sebanyak tiga kali, lalu ke luar mengecek dan menemukan Rafiq yang sehari-harinya pedagang kelontongan sudah tewas tergeletak,” tuturnya.

Menurut jenderal bintang satu dan orang Papua asli itu, pihaknya kesulitan meminta keterangan warga. “Warga takut memberikan keterangan, sehingga menjadi salah satu kendala kami untuk mengungkap kasus penembakan ini. Tapi yang jelas, tim penyidik sudah melakukan olah TKP,” ujarnya seperti dikutip vivanews, kemarin.

Jadi, dia menjelaskan, belum bisa dipastikan siapa kelompok yang bertanggung jawab melakukan aksi penembakan tersebut. “Bisa saja, ini kelompok orang tak dikenal tetapi di lokasi kejadian selama ini juga dikenal sebagai tempat kelompok OPM Yambi melakukan aktivitasnya,” beber Waterpauw.

Ditanya tentang aktivitas warga yang sempat lengang karena Mulia mencekam, Wakapolda menyatakan hal itu tidak benar. “Memang malam itu warga setempat takut  ke luar rumah, tetapi Sabtu ini aktivitas mereka sudah berjalan normal karena situasi sudah kondusif,” ujarnya.

Sementara itu, jenazah Rafiq kemarin dibawa ke RSUD  Mulia untuk menjalani otopsi untuk mengambil peluru yang bersarang di kepalanya. Hari ini, direncanakan korban diterbangkan dengan pesawat Susi Air ke Jayapura  dengan pesawat Trigana, untuk kemudian diberangkatkan ke kampung halamannya di Padang.

Terpisah, Direktur Imparsial Poengky Indarti menegaskan, Polri harus bertanggung jawab atas serangkaian aksi penembakan di Puncak Jaya yang menewaskan warga sipil  maupun anggota Polri sendiri. Sebab, Polri yang diberikan kewenangan melindungi masyarakat serta mengusut pelaku kriminal.

“Sudah banyak korban yang jatuh, baik warga sipil maupun anggota polisi, tapi hingga saat ini tidak satu pun pelaku yang tertangkap. Polisi harus bertanggung jawab atas semua itu, karena sesuai amanat UU, mereka yang memiliki kewenangan untuk melakukan pengusutan,” ujarnya.

Lebih lanjut dia mengatakan, anggota polisi yang ditugaskan di Puncak Jaya semestinya juga dilengkapi fasilitas memadai dalam melaksanakan pengamanan. “Mestinya setiap anggota polisi yang ditempatkan di sana, harus dilihat kapasitas dan kualitasnya supaya mampu memahami kondisi daerah,” tutur Poengky.

Poengky juga menyatakan, evaluasi terhadap Kapolda Papua juga perlu dilakukan, karena terkesan tidak mampu menghentikan serangkaian aksi kekerasan di Puncak Jaya.
“Melihat banyaknya aksi kekerasan di Puncak Jaya, terutama di 2011, kapolda harus bertanggung jawab, karena tak mampu mengelola keamanan di sana dengan baik. Operasi di sana juga perlu di-review, karena terbukti tak mampu menghentikan kekerasan,” ujarnya.

Pasar gelap senjata juga semestinya menjadi perhatian Polri, karena diduga para pelaku serangkaian kekerasan di Puncak Jaya memiliki senjata serta amunisi yang cukup banyak.
“Mabes Polri mestinya memperhatikan dan menghentikan peredaran senjata di pasar gelap, karena disinyalir kelompok bersenjata di Puncak Jaya memperoleh senjata dari sana,” pungkasnya. (*/AFP)

No comments: